Wednesday, April 13, 2011

Lalu apa?


Aku menatapnya berang, tapi berusaha tak kutunjukkan emosiku. betapa dia telah membuatku mengeluarkan segenap kata-kata beracun yang selama ini tak pernah kukeluarkan. aku cuma menyimpannya dan berharap tidak pernah mengeluarkannya untuk alasan apapun, tapi laki-laki didepanku ini telah membuatku memuntahkannya tanpa ampun.kulukai dengan cara apapun yang aku bisa.
"Jadi apa? apa alasannya?", tetap kujaga kontrol suaraku. mataku lurus menatapnya. dia kelihatan tidak percaya sekali dengan situasi yang terjadi. dan ada sirat putus asa dari matanya. dia menghela napas sekali lagi. hal itu rutin dilakukannya sejak satu jam yang lalu.
"Kalau bukan berniat memperbaiki aku terus apa tujuannya?memangnya aku barang rusak yang harus diperbaiki?" aku terus mencecarnya. dia membuka mulut tapi tidak ada satu katapun yang keluar. yang membuatku semakin yakin memang itu yang terjadi.
"jadi benar kan? memang itu kan niatnya?", antara marah dan kecewa. aku tidak tahu mana yang lebih besar.
"kalau begitu, ini terakhir kali kamu kesini, jangan kesini lagi", aku tak mau menatapnya. dia terdiam tak bergeming. kemudian tangannya mengusap wajahnya dengan kasar. keliatannya dia sedang ingin berkelahi dengan dirinya sendiri. atau memukul-mukul dirinya sendiri. atau menghancurkan apa yang ada.

"Sumpah Demi Allah.bukan itu maksudku", akhirnya dia berkata. tetap kata yang sama yang diucapkannya dari tadi. aku tidak butuh itu. aku bahkan sampai hafal dengan intonasi cara dia mengucapkannya. omong kosong.
Dia tetap diam, entah berusaha mencari kata yang tepat, atau benar-benar tidak tahu apa yang harus diucapkan. lalu tiba-tiba aku melihat dia sangat lelah, aku membayangkan jika dia saudaraku atau temanku, aku tidak mungkin mengatakan hal-hal seperti itu. dan aku tidak akan sampai hati menyakiti laki-laki ini.
"Pulanglah....", kataku lelah.
dan dia pulang. tanpa mengucapkan pembelaan sama sekali.


13/04/11
21:45